Resensi Buku ; Agama Saya Adalah Jurnalisme

Resensi Buku ; Agama Saya Adalah Jurnalisme

buku jurnalisme karya andreas harsono

Laci Gagasan, Jurnalisme --- Pada kesempatan ini saya akan mengulas sedikit tentang betapa pentingnya buku ini dibaca oleh calon jurnalis/wartawan pemula. kenapa? karena buku sangat mudah dipahami oleh mahasiswa, bahkan orang awam sekalipun. Maka dari itu tidak ada salahnya mencoba membaca buku ini sebagai pelengkap khasanah pengetahuan.

Identitas Buku

  • Judul Buku      Agama Saya Adalah Jurnalisme
  • Penulis             Andreas Harsono
  • Penerbit           KANISIUS
  • Cetakan           Kelima
  • Tahun Terbit   2014
  • Jumlah hlm     268 halaman
  • ISBN               978-979-21-2699-0
 

Ikhtisari/Isi Buku

Makin bermutu jurnalisme di dalam masyarakat, maka makin bermutu pula informasi yang didapat masyarakat bersangkutan… (Bill Kovach)

Jurnalisme tak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, karena pentingnya peranan seorang jurnalis dalam menyampaikan berita yang harus diketahui masyarakat. Dalam buku ini dijelaskan tentang bagaimana seharusnya laku wartawan atau hal-hal yang harus dilakukan dalam menyampaikan berita yang mendidik masyarakat. Ada Sembilan elemen jurnalisme yang harus diketahui, dipahami, dan diterapkan oleh seorang jurnalis agar dapat menyajikan berita yang baik kepada masyarakat yaitu :

1. Kebenaran

Standar kebenaran seorang wartawan bisa berbeda-beda, karena latar-belakang pendidikan, kewarganegaraan, kelompok etnik, atau agama. Kovach dan Rosentiel menerangkan bahwa masyarakat butuh prosedur dan prosedur guna mendapatkan apa yang disebut kebenaran fungsional. Misalnya ; Hakim yang yang menjalankan peradilan berdasarkan kebenaran fungsional
 

2. Loyalitas

Dengan bertanya “Kepada siapa wartawan harus menempatkan loyalitasnya? Pada perusahaannya? Pada pembacanya? Atau pada masyarakat?. Pertanyaan yang sangat mendasar bagi wartawan.

3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi

Disiplin verifikasi mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gosip, kekeliruan, manipulasi, guna mendapatkan informasi yang akurat. Inilah yang membedakan jurnalisme dengan propaganda,hiburan, seni, dan fiksi

4. Independensi

Wartawan juga bisa bersikap netral, tpi netral bukan prinsip dasar jurnalisme. Wartawan harus independen terhadap berita yang merka liput, semangat dan pikiran untuk bersikap independen jauh lebih penting daripada netralitas.

5. Memantau kekuasaan dan menyambung lidah mereka yang tertindas

Salah satu cara pemantauan ini adalah melakukan investigative reporting—sebuah jenis reportase yang menunjukkan siapa yang salah, siapa yang melakukan pelanggaran hokum, yang seharusnya jadi terdakwa, dalam suatu kejadian publik yang sebelumnya dirahasiakan.

6. Jurnalisme sebagai forum publik

Logikanya, manusia iu punya rasa ingin tahu yang alamiah, maka jurnalisme harus mampu menggelitik rasa ingin tahu orang banyak. Ketika mereka bereaksi dengan komentar, mungkin melalui opini pribadi,surat pembaca, talkshow televise, dll.

7. Jurnalisme harus memikat sekaligus relevan

Narrative report atau jurnalisme kesusastraan adalah kekuatan jurnalisme cetak. Majalah The New Yorker terkenal bukan saja karena kartun-kartunnya, tapi juga laporan-laporannya yang panjang dan serius.

8. Berita yang proporsional dan komprehensif

Berita mana yang diangkat , mana yang penting, mana yang dijadikan berita utama,penilaiannya bisa berbeda-beda antara si wartawan dan pembaca.pemilihan berita juga sangat subyektif agar proporsional dalam menyajikan berita.

9. Etika dan tanggung jawab social

“setiap individu reporter harus menetapkan kode etiknya sendiri,standarnya sendiri dan berdasarkan model inilah dia membangun kariernya,” kata wartawan televise Bill Kurtis dari A&E network.

Dalam buku ini juga dijelaskan tentang sejarah dan perkembangan pers di Indonesia, sejak terbitnya medan prijaji pertama kali tahun 1907 hingga munculnya pers nasional maupun lokal saat ini. Penulisan juga ditekankan dalam buku ini, sorang jurnalis dalam menulis harus tahu serta berani menuliskan apa yang diketahuinya. 

Dalam mempersiapkan suatu naskah, Andreas juga memberikan analogi yang mudah dipahami yaitu ; ia mengibaratkan menulis suatu naskah ibarat mebangun suatu rumah. Ada rumah bamboo, dibuat sehari selesai. Ada rumah batu bata dan genteng, mungkin perlu waktu sebulan bahkan setahun.
 

KELEBIHAN

Buku ini sangat membantu dalam memahami beberapa hal mendasar dalam dunia jurnalistik. Sembilan elemen jurnalisme yang dibahas sangat mudah untuk dipahami karena disertai dengan penjelasan dan contoh-contoh yang eksplisit, serta bahasa yang dipakai tidak berbelit-belit.
 

KEKURANGAN

Dalam penulisan buku ini masih tidak terususun (sistematis) dengan baik. Sembilan elemen jurnalisme yang dijelaskan tidak tertata, sehingga kita sulit menemukan poin-poin yang dijelaskan. Perlu dibaca beberapa kali untuk menemukan Sembilan poin yang dijelaskan tersebut.
 

KESIMPULAN

Hal terpenting yang saya dapatkan dari buku ini adalah penjelasan yang termuat di dalamnya tentang Sembilan elemen jurnalisme. Banyak jurnalis yang belum memahami dan menerapkan Sembilan elemen tersebut, sehingga berita-berita yang disajikan juga sangat berpengaruh. 

Baik mahasiswa, Dosen, masyarakat umum, terkhusus bagi jurnalis, harus memahami Sembilan elemen tersebut agar dapat menyajikan berita yang proporsional serta mendidik masyarakat. Saya rasa buku ini salah satu buku terbaik untuk dibaca dalam memahami dunia jurnalisme.


Dimutakhirkan : 8 September 2022

Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama