Resolusi Politik di Tahun (Politik) 2018

Resolusi Politik di Tahun (Politik) 2018

source : satuislam.org
Sebentar lagi masyarakat Indonesia akan menyambut pesta demokrasi pada tahun 2019 nanti. Banyak hal yang berubah dalam orde politik kedepannya. Mulai dari mekanisme pemilu yang serentak antara legislatif dan eksekutif. Tentu para sutradara politik (Parpol) telah menyiapkan scenario politik beserta aktornya. Pada tahun ini, semuanya menyiapkan dapur politik masing-masing demi menyiapkan suguhan politik yang nikmat disantap oleh masyarakat.
            Tahun ini dianggap sebagai tahun politik, sebab di tahun ini pula seluruh elemen politik bertarung dalam menjaring dukungan massa rakyat. Proses lobi-lobi politik dan kampanye disiapkan di tahun ini pula. Tahun politik ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Maksudnya adalah momentum ini jangan sampai dilewatkan begitu saja tanpa ada keterlibatan langsung maupun tidak langsung.
Tahun ini menjadi penentu epos baru dalam sejarah politik dan pemerintahan Indonesia lima tahun kedepan. Maka dari itu, semuanya harus disiapkan sedini mungkin. Mulai dari gagasan, targetan dan tujuan masing-masing harus diperjuangkan. Saya berharap bahwa di tahun ini, semua kelompok masyarakat dengan berbagai latar belakang dan tujuan serta kepentingannya, mewarnai dinamika politik. Karena tanpa dinamika, politik hanyalah sampah yang tidak dapat didaur ulang.
Berdasarkan release yang dikeluarkan oleh KPU, ada 12 partai politik yang lolos verifikasi dan siap meramaikan kontestasi politik. Harapannya dari 12 parpol ini, mereka tidak hanya berbeda bendera tetapi memiliki visi misi yang jelas dalam membangun Indonesia menjadi lebih sejahtera. Masyarakat harus lebih melek politik, agar tidak kecewa di kemudian hari. Jangan sampai kita semua menjual suara kita dengan harga yang sangat murah. Money politik  adalah bentuk dari menggadaikan kepercayaan kita kepada orang lain. Dalam konsep demokrasi, rakyat memiliki super power dalam mengawasi dan mengontrol para pemangku kebijakan. Dengan catatan bahwa masyarakat tidak apolitis, apalagi menjual haknya (suara) di momentum pemilu.
Fenomena korupsi di lingkaran wakil rakyat, merupakan akibat dari masyarakat yang telah menjual suaranya sendiri. Sehingga para wakil rakyat tersebut harus mengembalikan modalnya dengan mengambil uang rakyat. Dalam beberapa periode pemilu sebelumnya, semuanya mirip pasar yang mana terjadi transaksi politik antara masyarakat dan wakilnya. Para wakil rakyat ini membeli suara rakyat, dan kemudian hari suara tersebut diijual kembali ke rakyat oleh wakil rakyat melalui korupsi uang rakyat.
Untuk itu mari kita semua menyudahi transaksi politik ini, Karena ini lah yang  menjadikan politik itu kotor. Semua pihak sama-sama mengotori politik itu sendiri, bukan politik yang kotor. Masyarakat sudah saatnya sadar dengan kerugian yang dialami selama ini, dengan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan. Saatnya kita melakukan kesalahan yang baru.
Kepercayaan politik itu harus dibangun dan diserahkan kepada pihak atau orang yang kompeten di bidang politik. Caranya sederhana, ketahui latarbelakang dan visi misi dari parpol maupun calon yang diusungnya. Dengan begitu, kita mampu mengawasi dan mengontrol kinerja wakil kita di lembaga pemerintahan. Kepercayaan politik itu terbentuk bukan dari transaksi suara, tetapi keterlibatan rakyat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses politik itu sendiri. Sedikit menoleh pada sejarah bangsa dan Negara ini, di tahun awal revolusi, ada banyak gagasan dan ideologi yang bertarung dalam merebut dan mengelola kekuasaan, seperti; PNI, PKI, Masyumi, PSI, dll. semuanya merupakan partai yang ideologis dengan dukungan basis massa yang jelas. Saya belum menemukan fakta sejarah yang menyatakan bahwa proses politik di jaman itu adalah transaksi menjual suara ke parpol tapi lebih daripada itu adalah proses ideologis yang konkret dilakukan oleh parpol dalam merebut kepercayaan rakyat.
Harapan saya, parpol yang lolos verifikasi hari ini, mampu meraih simpati dan kepercayaan rakyat melalui proses yang ideologis. Sehingga pertarungan ideologi partai itu benar-benar terjadi, bukan pertarungan finansial. Maka yang terjadi adalah partai dengan kekuatan finansial akan lebih mudah meraih kemenangan dalam dinamika politik.
Intinya parpol itu harus ideologis, sehingga rakyat juga terdidik secara tidak langsung. Selain itu, peran mahasiswa di sini juga sangat penting. Karena seperti apa yang dikatakan oleh Pramodya Ananta Toer, “Sejarah bangsa adalah sejarah pemuda, jika pemudanya mati maka matilah sejarah bangsa tersebut.”

Saya berharap mahasiswa mampu terlibat secara langsung dalam proses politik nasional. Karena gagasan atu ide-ide cemerlang yang lahir di lingkungan kampus, harus diperjuangkan hingga ke ranah praksis. Kerjasama antara mahasiswa dan parpol bukan hal yang tidak mungkin, tapi menjadi sebuah alternatif dalam mewarnai dinamika politik nasional.  
Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama