Rumah Kaca ; Upaya Kolonial Membendung Kebangkitan Nasioal

Rumah Kaca ; Upaya Kolonial Membendung Kebangkitan Nasioal

resensi buku rumah kaca karya pramoedya ananta toer

Laci Gagasan, Resensi Buku ---
Seri terakhir dari tetralogy ini menceritakan tentang bagaimana pemerintah Hindia Belanda meredam kebangkitan Nasional oleh pribumi, yang dipelopori oleh Minke. Dengan masih bergejolaknya pertikaian di Eropa membuat pemerintah Hindia Belanda semakin gusar. Ini pun dimanfaatkan oleh kaum muda pribumi untuk melesat jauh menumbuhkan dan membesarkan ke-organisasi-annya.

Para pemuda pribumi ter-insani oleh pemuda-pemuda Tionghoa yang berada di Hindia, yang mampu bersatu untuk kebangkitan bangsany amelawan Jepang. Serta pemuda-pemuda di Philipina yang mampu bersatu meruntuhkan kekuasaan Spanyol. Maka pemuda pribumi juga berbondong-bondong masuk dalam organisasi yang dimotori oleh Minke.

Organisasi seperti B.O dan S.D.I semakin berkembang pesat, tidak hanya di Jawa namun di luar Jawa pun semakin tak terkendali perkembangannya. Medan yang dipimpin oleh Minke juga tak kalah hebatnya, ini menjadi satu-satunya media milik pribumi yang terbit dengan berbagai bahasa; melayu, Jawa, Hindia Belanda, dll. Lewat medan ini kebangkitan nasional di kalangan pribumi semakin kuat, bahkan beritanya sampai keluar negeri. 

Dan Minke semakin dikenal dunia lewat perjuangannya yang mampu menyatukan bangsanya melalui media yang dipimpinnya.

Pemerintah Hindia Belanda yang takut akan bernasib sama dengan spanyol di Philipina, berusaha keras untuk memotong laju kebangkitan nasional di Hindia. Sadar bahwa untuk melarang pribumi ber-organisasi bukan jalan yang tepat untuk meredam semua itu, maka pemerintah berusaha menjatuhkan otak dari kebangkitan nasional ini yaitu; Minke. 

Dengan tuduhan pembunuhan yang disetting, pemerintah Hindia Belanda berhasil menjerat Minke. Seorang polisi indo bernama Pangemanann berdarah Menado yang menangkapnya. Minke diasingkan ke Ambon selama lima tahun. Dalam pengasingan Minke tidak boleh mengirim atau pun menulis surat tanpa seijin pemerintah, ia juga harus melaporkan apa saja yang akan dilakukannya selama seminggu ke depan. Ia menjadi tahanan rumah dan semua kebebasannya direnggut.

Semua aset milik Minke diambil oleh pemerintah Hindia Belanda. Selama pengasingan tak ada yang mau atau pun mampu untuk membantunya. Organisasi yang diasuh dan dibesarkannya tak mampu berbuat apa-apa untuknya. Semua organisasi yang pernah ia besarkan tak lagi menjadi ancaman bagi pemeritah Hindia Belanda.

Semua organisasi ini memutar arah, yang awalny auntuk menentang pemerintahan malah menjadi kaki tangan pemerintah. Merekasemua takut bernasib seperti Minke, maka tak ada jalan lain untuk tidak bersatu dengan pemerintah.
 
Sejak pembuangan Minke di Ambon, telah tiga kali Gubermen digantikan. Dan yang terakhir ini tak kalah bengisnya terhadap pribumi terutama Minke. Masa pembuangan akan segera berakhir dalam tiga hari kedepan. 

Gubermen memerintah Pangemanann ( telah menjadi staf pemerintah) untuk menjemput Minke dan membawanya kembali ke Betawi. Namun lagi-lagi ada rencana busuk pemerintah untuk Minke. Ia diminta untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak lagi berorganisasi, yang telah dibuat formatnya oleh Pangemanann.

Berita kembalinya Minke ke Betawi tak diketahui oleh semuarekan-rekannya, seakan Minke telah dilupakan dan dianggap telah mati. Pada saat itu pers tak lagi mampu menyebarkan informasi akan kebebasan Minke, karena berada di bawah tekanan pemerintah Hindia Belanda. 

Minke tak mampu berkata apa-apa lagi melihat realita yang ada, dan semua perjuangannya selama ini sudah selesai. Minke tak mampu berbuat apa-apa lagi, tak ada lagi teman yang mau ikut dengannya, semua hartanya juga telah dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Di usianya yang semakin tua, ia tak mampu lagi berbuat untukbangsanya, hanya kematian yang baik baginya. Ia pun sadar bahwa inilah akhir baginya. Ia pun jatuh sakit, bersama dengan seorang temannya yang masih bersimpati padanya. Minke dibawa ke rumah sakit, namun dokter mengatakan ia tak apa-apa. Dengan temannya ia dibawa pulang dan di perjalanan pulang ia meninggal dunia.

Hanya seorang temannya dan Pangemanann serta beberapa orang yang mengantarkannya ke peristirahatan terakhirnya. Perjuangannya telah selesai dan ketenangan telah menyambutnya di alam sana. Seri ke-empat tetralogy ini (RUMAH KACA) ditulis oleh seorang indo, mantan pejabat tinggi kepolisian yang menagkap Minke dan juga staff pemerintahan yaitu Pangemanann.  

Hingga akhir hayatnya ia menulis semua kejadian yang dialami Minke dan menyelesaikan tulisannya sampai pada peristiwa kematian Minke.


Dimutakhirkan : 6 September 2022

Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama