Jogja Akhir Tahun Milik Wisatawan

Jogja Akhir Tahun Milik Wisatawan

Jogja Akhir Tahun

Laci Gagasan, Gaya Hidup - Menjelang libur Nataru (Natal dan Tahun Baru) Jogja semakin ramai dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara. Jalan menuju lokasi wisata semakin padat dan macet oleh Bus pariwisata. Tentunya ini menjadi keberhasilan dinas pariwisata Jogja dalam mengelola dan mengembangkan sektor pariwisata Jogja, sehingga menarik banyak wisatawan untuk datang ke Jogja. Tentunya ini memberi banyak dampak positif bagi masyarakat Jogja.

Beberapa spot wisata terkenal yang ada dalam kota Yogyakarta dipenuhi lautan manusia. Sebut saja Nol Kilometer/Malioboro, Tugu, Alun-alun kota, semuanya dipenuhi wisatawan dari berbagai daerah bahkan mancanegara. Jalanan macet total karena saking ramainya wisatawan yang berkumpul di spot ikonik Jogja tersebut.

Kondisi semacam ini sudah wajar dan memang konsekuensi Jogja sebagai kota wisata yang penuh daya tarik. Banyak orang mengahabiskan waktu libur akhir tahun di Jogja. Hampir semua kalangan wisatawan senang berkunjung ke Jogja, bahkan banyak mahasiswa dari berbagai daerah malah krasan menetap cukup lama di Jogja. Ada istilah yang cukup popular di kalangan mahasiswa Jogja yaitu “Jogja itu ngangenin” karena Jogja terbuat dari Rindu. Bahkan katanya setiap sudut kota Jogja itu romantis.

Kembali lagi pada fenomena membludaknya wisatawan yang berkunjung ke Jogja, dengan dua titik yang paling fenomenal, yaitu; Malioboro dan Tugu. Saran saya  hindari berkunjung ke lokasi ini jika tidak ingin terjebak macet lautan manusia. Setiap libur panjang pastinya Jogja selalu dipenuhi wisawatan. Bagi warga Jogja ataupun yang sudah lama menetap di Jogja, pastinya sudah tidak asing lagi dengan kondisi seperti ini.

Biasanya mereka lebih memilih menghabiskan waktu libur panjang akhir tahun seperti ini dengan kumpul keluarga, atau cukup dirumah saja. Bagi mahasiswa rantau biasanya lebih memilih untuk tetap dikosan atau kongkow bareng temen di warkop. Itu pilihan yang logis dibandingkan  harus keluar keluyuran dengan konsekuensi terjebak macet.

Tipikal atau karakter warga  Jogja sendiri itu tidak terbiasa dengan kondisi macet-macetan seperti di kota-kota besar lainnya. Lebih baik nongkrong/kongkow bareng keluarga atau kerabat di rumah sendiri daripada harus ke Tugu dan Malioboro. Selain karena tidak ingin terjebak kerumunan yang bikin sumpek, juga karena sudah bosan dengan tempat tersebut. Jadi biarkanlah para pendatang atau wisatawan yang menikmati spot wisata tersebut. Toh mereka juga tidak setiap hari berkunjung kesitu.

Tak terkecuali mahasiwa rantau yang sudah lama di Jogja atau yang tidak pulang kampung, mereka lebih memilih menghabiskan waktu liburan dengan memilih lokasi wisata yang belum ramai atau popular. Kongkow di warkop bersama rekan mahasiswa lainnya yang tidak memilih pulang kampung saat libur panjang adalah pilihan yang cukup bijak.

Intinya gak usah kemana-mana saat libur panjang seperti sekarang ini, karena hampir semua jalanan di kota Jogja macet. Bermacet-macetan bukan sesuatu yang biasa terjadi tiap hari di Jogja.


Penulis adalah penikmat Kopi Pahit + Dji Sam Soe

Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama