Bungkamnya Suara Mahasiswa, Gerakan Mandeg, dan Krisis Wacana

Bungkamnya Suara Mahasiswa, Gerakan Mandeg, dan Krisis Wacana

Suara Mahasiswa dalam aksi demonstrasi tolak kenaikan  bbm

Laci Gagasan, Mahasiswa
--- Mana suaramu Mahasiswa? Apakah kamu masih tertidur pulas hari ini? Bangunlah kamu,lihatlah bangsamu yang sedang sekarat,hanya kamu yang dapat menyelamatkannya dari kapitalisme imperialisme yang saat ini meracuni tubuh ibu pertiwi. Kepada siapa lagi bangsa ini harus mengadu,selain pada kamu mahasiswa.

Melihat realita yang ada pada saat ini,memang sulit untuk membangunkan jiwa-jiwa persatuan dikalangan mahasiswa. Sikap apatis terhadap organisasi menjadi pemicu utama dangkalnya gerakan mahasiswa hari ini. 

Sikap apatis ini disebabkan oleh sistem di kampus yang berusaha mempersempit gerakan mahasiswa,misalnya; aturan mengenai kehadiran di kelas minimal 75% yang berarti hanya boleh 3x dalam 1 semester tidak masuk kelas. Ini memberatkan mahasiswa untuk ikut dalam sebuah organisasi,khususnya pergerakan.

Sungguh sangat mengerikan memang, system yang telah mengikat idealism mahasiswa. Hampir tidak ada ruang untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa. Kampus bagaikan kandang sapi,dimana kita di ternak dan digembala agar menjadi kaum yang kerdil dan hanya mengikuti kemauan para birokrat. 

Kampus ibarat sebuah rumah produksi kaum-kaum pekerja,kita dicetak menjadi anjing-anjing penjaga kaum borjuis nantinya. Hemat saya, mahasiswa dijadikan kaum “proletar intelektual” mungkin itulah gambaran real menurut saya.

Belum lagi masa kuliah dibatasi 5 tahun ( 10 semester) serta system UKT ( Uang Kuliah Tunggal) yang sangat memberatkan kita. Memang pada dasarnya ini system yang baik,dimana ada subsidi silang yaitu mahasiswa yang kaya membantu mahasiswa yang kurang mampu.

Tapi sudah tepatkah sistem ini? Masih banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi,misalnya; transparansi dana tersebut,kemana dan untuk apa saja. Seakan-akan kita menjadi kelinci percobaan terhadap eksperimen para birokrat negeri ini,utamanya kami Angkatan 2014

Kembali lagi pada aturan tentang batasan masa kuliah, kita seolah-olah dipaksa lulus secepat mungkin tanpa ada jaminan masa depan,paling tidak lanjut S2. Ini semua agar kita menjadi pengangguran yang akan mengemis kepada kaum-kaum borjuis sana,meminta imbalan belas kasihan kepada birokrat-birokrat. 

Ini semua tidak lepas dari adanya “liberalism pendidikan di kampus” jika mahasiswa cepat lulus otomatis akan banyak juga mahasiswa baru yang akan masuk lagi. Di sinilah bentuk nyata kapitalisme itu,dimana perputaran uang begitu derasnya, output dan input dari mahasiswa itu terorganisisr dengan baik.

Inilah yang menyebabkan pincangnya pergerakan mahasiswa hari ini. Musuh masuk,menusuk,dan menghancurkan dari dalam. Harusnya kita sadar dan membuka mata serta peka terhadap realita wajah pendidikan kita hari ini. Sebagai kaum perubahan dan kaum pengontrol, inilah yang harus kita control dan ubah. 

Tapi itu semua hanya bullshit semata jika kita masih bergerak secara simbolik,harusnya kita bergerak secara substansi melawan ini semua. Organisasi-organisasi pergerakan hari ini masih bergerak secara simbolik, yang kuning,yang hijau,yang merah, masih mementingkan ideologinya masing-masing. 

Keegoisan dalam organisasi masih membara, belum mampu melakukan konsolidasi gerakan secara massa aksi. Jika terus seperti ini maka bukan tidak mungkin semua pergerakan akan lumpuh lalu lenyap ditelan bumi seiring berjalannya watu.

Menurut saya untuk menyatukan semua kaum pergerakan perlu adanya propaganda-propaganda yang menyuarakan persatuan,perlawanan,terhadap para imperialism kapitalisme di negeri ini. Mari kita sejenak menoleh ke sejarah, pada masa pra kemerdekaan, Soekarno mampu menyatukan suara pemuda dalam gerakan perlawanan terhadap kolonialisme. 

Ini tidak lepas dari propaganda yang ditebar sana sini oleh Soekarno. Seperti pepatah beliau “ genggamlah masa depan di tanganmu,maka pemuda akan senang padamu” karna Soekarno mampu memberikan bayangan terhadap masa depan bangsa ini maka pemuda mau mengikutinya. Pada masa orde baru ada tokoh aktivis pada saat itu yaitu; Soe Hok Gie, dengan propaganda yang ia tebar dimana-mana ia mampu menyatukan mahasiswa dari berbagai elemen baik itu dari

GMNI, GMS, GMKRI, HMI, dll. Untuk menurunkan Soekarno pada saat itu. Melalui media cetak,ia menulis kritikannya terhadap para birokrat-birokrat di senayan. Dengan tulisannya ini ia mampu membangunkan semangat perlawanan di kalangan mahasiswa dan menyatukannya dalam sebuah gerakan konsolidasi mahasiswa menurunkan pemerintahan Soekarno pada saat itu.

Mungkin dengan cara menyebarkan propaganda-propaganda di kalangan mahasiswa mampu membangkitkan kembali gerakan yang telah lama tertidur pulas. Ada banyak cara untuk menyebarkan propaganda itu,bisa melalui media cetak,elektronik dll. 

Di kampus misalnya,kita dapat menyebarkan pamphlet atau menulis hal-hal yang berbau propaganda lalu di tempelkan di madding kampus.

Dimutakhirkan : 5 September 2022

Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama