source: Kompas.com |
Cerita Tentang Sekelumit Dinamika RTA 2015
Rapat Tahunan Anggota (RTA) adalah suatu rutinitas tahuanan yang selalu diselenggarakan oleh warga PMII di tiap-tiap Rayon. Di Rayon pondok Syahadat sendiri, ini adalah RTA ke XLIV. Sebagai Korp termuda, aku dan sahabat-sahabat yang lain diberi tanggung-jawab sebagai panitia kegiatan di bawah naungan Rayon.Sore hari di sayap timur gedung Multi Purpose (MP), aku dan sahabat-sahabat yang lain bertemu dengan Ketua Rayon (Hilful Fudhul). Dalam pertemuan tersebut, ia memberitahukan kepada kami bahwa RTA akan segera diselenggarakan sebulan kemudian. Pada saat kami bertemu tersebut, itu sekitar akhir bulan April. Selama sebulan kami diberi kesempatan untuk mempersiapkan segalanya, baik itu konsep maupun teknisnya.
Road to RTA ke XLIV
Seminggu setelah pertemuan di timur MP tersebut, kami lalu berkumpul dan mulai membahas persiapan RTA, dan sebelum itu kepanitiaan telah terbentuk dihari pertemuan pertama bersama ketua rayon. Seiring berjalannya waktu, masalah pun mulai datang ibarat gelombang yang tiada henti dan terus menerjang karang kesolidan kami sebagai panitia kegiatan.
Seminggu sebelum deadline acara, kami sebagai panitia belum maksimal dalam menyambut hajatan besar ini. Dari segi teknis dan konsep hanya berjalan di tempat, karena permasalahan yang terus menghadang. Refleksi terhadap kemandegan ini, aku memanggil beberapa sahabat korp-ku untuk membahas semua kendala yang kami hadapi, namun lagi-lagi tindak lanjutnya nihil. Gelombang pesimis semakin hebat menerjang karang kesolidan kami khususnya aku.
Acara tambahan . RTA ke XLIV yang harusnya diselenggarakan pada tanggal 30 mei 2015, terpaksa diundur karena pengurus Rayon mengikuti Pelatihan Kader Lanjut (PKL), sekitar tanggal 20-an dibulan mei. Karena acara ini diundur, beberapa sahabat kami mulai pesimis akan terlaksanakannya acara ini. Lalu Rayon memberi opsi, mereka menawarkan waktu acara yaitu tanggal 6 juni 2015.
Korp-ku menolak mentah-mentah tawaran ini, karena pada tanggal tersebut kami semua lagi Ujian Akhir Semester (UAS). Lalu dari korp-ku menawarkan waktu acara di minggu berikutnya, namun pengurus Rayon juga menolah tawaran tersebut karena mereka akan mengadakan kegiatan di minggu ketiga bulan juni yaitu sekolah PKT.
Karena tidak menemukan consensus mengenai waktu acara, maka pengurus Rayon mengundang kami untuk rapat di Rayon. Dalam rapat di malam tersebut, kami sepakat bahwa waktu acara tersebut dindur hingga bulan Agustus. Pengurus Rayon mengatakan bahwa kesepakatan malam ini akan di sosialisasikan dengan korp SAMUDERA esok harinya.
Setelah beberapa hari kemudian, SAMUDERA datang ke kami dan complain terhadap keputusan tersebut. Korp-ku mengira bahwa ini adalah jalan terbaik setelah ada kesepakatan dengan Rayon, namun ternyata menimbulkan permaslahan baru yang jauh lebih besar lagi. Korp SAMUDERA mengancam akan boikot dengan acara ini jika tetap diadakan pada bulan Agustus. Mereka menganggap bahwa mereka akan dirugikan jika RTA di bulan Agustus.
Masalah semakin rumit dan kami merasa terombang-ambing dengan ini. Kami tidak tahu harus mengikuti yang mana, kami juga takut untuk terjebak diantara konflik yang terjadi diantara kedua belah pihak ini. Antara pengurus Rayon dan korp Samudera masing-masing memiliki kepentingan tersendiri, dan itu ada kaitannya dengan waktu RTA yang diundur ataupun dimajukan. Karena permasalahan ini masih belum menemukan jalan keluarnya, kami berinisiatif untuk menemui kedua belah pihak tersebut.
Pertemuan dengan Samudera yang intens dalam membahas permasalahan RTA ini, sedikit banyak memberi gambaran tentang konflik kepentingan yang terselubung. SAMUDERA mengajak kami untuk menekan Rayon bersama-sama dan menuntut untuk mempercepat acara RTA ini. Karena tawaran dari samudera ini kurang logis, maka kami memilih untuk tetap dingin menaggapinya sebelum mengetahui betul semua permasalahan yang ada.
Lalu kami mencoba untuk mempertemukan kedua belah pihak ini dan membahasnya bersama-sama di rayon, dimana sebelum pertemuan di rayon kami telah berdiskusi dengan samudera di kampus. Pada malam itu ketiga angkatan akhirnya berkumpul dan mendiskusikan permaslahan ini. Dalam pertemuan tersebut, percekcokan terus terjadi dan sangat alot, kami sebagai panitia mencoba untuk tetap netral dalam mengambil keputusan.
Perdebatan mereka hanya berkutat pada penentuan waktu, dimana Rayon ingin setelah kegiatan mereka selesai kemudian RTA, sedangkan Samudera ingin di awal juni. Perdebatan yang tidak logis pun terjadi karena kepal sudah semakin panas dan tidak rasional lagi. Akhirnya kami sebagai panitia diminta untuk menentukan jadwal,karena dinilai sebagai eksekutor acara.
Maka kami memutuskan untuk meggelar acara di akhir bulan juni (23-24 juni). Keputusan ini menurut kami sangat tepat karena tidak mengorbankan kegiatan rayon dan juga tidak sampai pada bulan Agustus.
Rapat Warga
Consensus mengenai tanggal acara telah selesai. Tindak lanjut untuk acara ini adalah “rapat warga” dimana semua kader PMII di rayon Pondok Syahadat datang dan ikut membahas konsep dan gerakan Rayon kedepan akan seperti apa. Dalam rapat warga tersebut merupakan suatu ajang bernostalgia bagi para kader eks-Rayon serta forum pembantaian bagi Rayon dan korp di bawahnya. Dalam rapat warga ini pun membhas tentang tema yang akan dibawa ketika RTA nanti, namun selama dua kali pertemuan dengan warga tidak menghasilkan tema RTA.
Karena belum mnghasilkan suatu rumusan tema RTA, maka pengurus Rayon dan Korp dibawahnya membaha sendiri tema apa yang akan dibawa. Akhirnya tema yang tercetus dalam RTA ke XLIV adalah “Reposisi Revolusi Pendidikan dalam membentuk kemandirian Gerakan Rayon”. Tema tersebut merupakan suatu estafet gerakan yang akan dilanjutkan oleh kepengurusan selanjutnya (SAMUDERA), serta tema ini juga adalah tindak lanjut dari tema yang diusung oleh kepengurusan sebelumnya (AMPERA).
Karena belum mnghasilkan suatu rumusan tema RTA, maka pengurus Rayon dan Korp dibawahnya membaha sendiri tema apa yang akan dibawa. Akhirnya tema yang tercetus dalam RTA ke XLIV adalah “Reposisi Revolusi Pendidikan dalam membentuk kemandirian Gerakan Rayon”. Tema tersebut merupakan suatu estafet gerakan yang akan dilanjutkan oleh kepengurusan selanjutnya (SAMUDERA), serta tema ini juga adalah tindak lanjut dari tema yang diusung oleh kepengurusan sebelumnya (AMPERA).
Dinamika Pendanaan
Tak dapat dipungkiri bahwa dalam suatu acara, masalah finansial sangat berpengaruh. Hingga hari H, dana yang kami pegang sekitar 200 ribu dan itupun hasil bantingan Korp kami. Sebelum hari H para pencari dana kamai terus berburu dana ke setiap korp dan hasilnya kurang memuaskan. Banyak cerita sedih mewarnai para pencari dana kami. Dimarahin, dicaci, disepelekan dll. Meskipun begitu tetap ada beberapa kader yang memberi secara langsung sumbangannya walaupun masih banyak yang tidak memberi. Selain meminta ke setiap Korp, kami juga mencoba menjalin kerjasama dengan berbagai warung kopi di sekita kampus. Mayoritas warung kopi memberi kopi dan ada juga yang memberi uang tunai.
Acara
Akhirnya sesuai dengan rencana kita, RTA ke XLIV terlaksana juga. Dalam kegiatan yang berlangsung selama 2 hari 2 malam, perjuangan fisik dan mental betul-betul terkuras hamper habis. Banyak yang berkata baha ini perjuangan yang berdarah-darah, dan saya sendiri merasa senang karena apa yang terjadi diluar dari ekspektasi saya. Dari sekian banyak hal baru yang kami dapatkan, tetap ada hal yang menurutku kurang baik dan ini terus berlangsung tiap tahunnya.
Dalam siding tata tertib (tatib) forum sangat ramai dan menjadi ruang pembantaian bagi presidium sidang sementara dan tetap. Sementara di siding GBHO-BGHK forum biasa saja dan dinamikanya tidak seperti saat siding tatib. Hal ini disebabkan karena banyak peserta siding yang pergi tanpa alasan yang jelas. Hingga berakhirnya acara dan terpilihnya ketua rayon, perseta sidang hanya sekitar 50-an peserta. Bentuk kepedulian para kader eks-rayon ini patut dipertanyakan, karena ini sangat tidak mendidik bagi kader-kader dibawah rayon.
Antagonis Kelas di PMII Dalam PMII di Jogja komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terjadi antagonis kelas sejak satu decade terakhir. Awalnya ini hanyalah mitos dan kemudian menjadi fakta serta hegemoni angkatan. Hamper setahun saya berada di bawah naungan Rayon Pondok Syahadat Fakultas Dakwah dan Komunikasi, makin banyak pula fakt-fakta sejarah yang saya ketahui lewat interaksi dari beberapa angkatan khususnya di Rayon.
Konflik ini berawal ketika pemilihan presiden Mahasiswa (PresMa) tahun 2000-an. Dimana kala itu yang bertarung adalah fakultas Dakwah yang diwakili oleh sahabat Munir dan fakultas Tarbiyah yang diwakili oleh sahabat Santoso. Sahabat Munir sebagai representasi dari angkatan genap sedangkan sahabat Santoso sebaliknya.
Pemilwa tahun itu dimenangkan oleh sahabat Munir yang notabenenya masih junior dari sahabat Santoso. Isu yang berkembang pasca Pemilwa adalah adanya pemotongan angkatan. Saya masih belum memahami betul yang dimaksud dengan memotong angkatan. Namun seperti itulah fakta sejarah yang memenangkan angkatan genap serta tudingan politik praktis yang dialamatkan kepadanya.
Ini hanyalah romantisme sejarah bagi angkatan genap, karena samapai hari ini mereka masih terhegemoni oleh angkatan ganjil. Proses yang dialami oleh angkatan ganjil jauh lebih baik karena mereka bisa samapai ke cabang sedangkan angkatan genap hanya mentok di kepengurusan komisariat. Angkatan genap selalu dianggap sebagai angkatan yang paling rugi hari ini. Anggatan ganjil banyak yang mengisi lokus yang ada di kampus misalnya SEMA/DEMA sedangkan angkatan denap hanya beberapa orang saja.
Rayon Pondok Syahadat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SUKA Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Rayon RPS, sangat terasa hegemoni angkatan ganjil terhadap kegiatan Rayon. Setelah saya mencari tahu beberapa angkatan kebelakang hingga angkatan 2007 itu terbukti bahwa kader-kader angkatan ganjil jauh lebih daripada angkatan genap. Angkatan ganjil masih banyak yang kelihatan di Rayon dan mereka mayoritas adalah para politisi kampus sedangkan angkatan genap mayoritas bergerak diluar rel perpolitikan dan mereka banyak yang membuka usaha mandiri.
Dapat dikatakan bahwa angkatan ganjil ini adalah pemilik organisasi, sedangkan angkatan genap selalu teralienasi dalam segala kegiatan perpolitikan di kampus. Namun ada satu hal yang keduan angkatan ini yang sama kuat yaitu dalam hal wacana. Baik ganjil maupun genap sama-sama hebat dalam berwacana hanya saja ganjil selalu lebih dominan dalam organisasi. Cara berpikir juga sangat berbeda antara keduanya, ganjil lebih mengutamakan kuantitas kader sedangkan genap lebih kepada kualitas kader. Sudah sangat jelas batas demarkasi keduanya.
Runtuhnya Hegemoni PMII di UIN SUKA Tahun 2015 merupakan awal dari keruntuhan PMII di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejak beberapa puluh tahun beridrinya di UIN baru kali ini PMII mengalami dekadensi hegemoni. Sejak naiknya Minhaji, perubahan terus terjadi di dalam dinamika kemahasiswaan. Minhaji melakukan reformasi dibeberapa lokus-lokus gerakan di kampus yang dikuasai oleh PMII.
Dengan latar belakangnya adalah HMI tentu saja ia mencoba membuka ruang selebar-lebarnya untuk mentransfer kader-kadernya di dalam lokus gerakan kampus, yang mana sejak dahulu mereka selalu tersubordinasi oleh PMII. Ini adalah dosa sejarah PMII yang terninabobokan oleh hegemoninya selama ini dan tidak mapu mempertahankan kekuasaannya.
PMII hanya siap kalah namun tidak siap menang. Jika terus seperti ini maka seiring berjlannya waktu PMII akan akan terusir dari istananya di UIN yang mana setiap kampus Islam merupakan istana PMII. PMII tidak punya backingan apa-apa, dari birokrasi kampus semuanya dikuasai oleh HMI dan IMM sedangkan lokus gerakan mahasiswa yang dikuasai oleh PMII juga mulai merosot.
PMII perlu berbenah untuk tetap mempertahankan eksistensinya, mengingat PMII adalah organisasi kaderisasi.
Dalam siding tata tertib (tatib) forum sangat ramai dan menjadi ruang pembantaian bagi presidium sidang sementara dan tetap. Sementara di siding GBHO-BGHK forum biasa saja dan dinamikanya tidak seperti saat siding tatib. Hal ini disebabkan karena banyak peserta siding yang pergi tanpa alasan yang jelas. Hingga berakhirnya acara dan terpilihnya ketua rayon, perseta sidang hanya sekitar 50-an peserta. Bentuk kepedulian para kader eks-rayon ini patut dipertanyakan, karena ini sangat tidak mendidik bagi kader-kader dibawah rayon.
Antagonis Kelas di PMII Dalam PMII di Jogja komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terjadi antagonis kelas sejak satu decade terakhir. Awalnya ini hanyalah mitos dan kemudian menjadi fakta serta hegemoni angkatan. Hamper setahun saya berada di bawah naungan Rayon Pondok Syahadat Fakultas Dakwah dan Komunikasi, makin banyak pula fakt-fakta sejarah yang saya ketahui lewat interaksi dari beberapa angkatan khususnya di Rayon.
Konflik ini berawal ketika pemilihan presiden Mahasiswa (PresMa) tahun 2000-an. Dimana kala itu yang bertarung adalah fakultas Dakwah yang diwakili oleh sahabat Munir dan fakultas Tarbiyah yang diwakili oleh sahabat Santoso. Sahabat Munir sebagai representasi dari angkatan genap sedangkan sahabat Santoso sebaliknya.
Pemilwa tahun itu dimenangkan oleh sahabat Munir yang notabenenya masih junior dari sahabat Santoso. Isu yang berkembang pasca Pemilwa adalah adanya pemotongan angkatan. Saya masih belum memahami betul yang dimaksud dengan memotong angkatan. Namun seperti itulah fakta sejarah yang memenangkan angkatan genap serta tudingan politik praktis yang dialamatkan kepadanya.
Ini hanyalah romantisme sejarah bagi angkatan genap, karena samapai hari ini mereka masih terhegemoni oleh angkatan ganjil. Proses yang dialami oleh angkatan ganjil jauh lebih baik karena mereka bisa samapai ke cabang sedangkan angkatan genap hanya mentok di kepengurusan komisariat. Angkatan genap selalu dianggap sebagai angkatan yang paling rugi hari ini. Anggatan ganjil banyak yang mengisi lokus yang ada di kampus misalnya SEMA/DEMA sedangkan angkatan denap hanya beberapa orang saja.
Rayon Pondok Syahadat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SUKA Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Rayon RPS, sangat terasa hegemoni angkatan ganjil terhadap kegiatan Rayon. Setelah saya mencari tahu beberapa angkatan kebelakang hingga angkatan 2007 itu terbukti bahwa kader-kader angkatan ganjil jauh lebih daripada angkatan genap. Angkatan ganjil masih banyak yang kelihatan di Rayon dan mereka mayoritas adalah para politisi kampus sedangkan angkatan genap mayoritas bergerak diluar rel perpolitikan dan mereka banyak yang membuka usaha mandiri.
Dapat dikatakan bahwa angkatan ganjil ini adalah pemilik organisasi, sedangkan angkatan genap selalu teralienasi dalam segala kegiatan perpolitikan di kampus. Namun ada satu hal yang keduan angkatan ini yang sama kuat yaitu dalam hal wacana. Baik ganjil maupun genap sama-sama hebat dalam berwacana hanya saja ganjil selalu lebih dominan dalam organisasi. Cara berpikir juga sangat berbeda antara keduanya, ganjil lebih mengutamakan kuantitas kader sedangkan genap lebih kepada kualitas kader. Sudah sangat jelas batas demarkasi keduanya.
Runtuhnya Hegemoni PMII di UIN SUKA Tahun 2015 merupakan awal dari keruntuhan PMII di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejak beberapa puluh tahun beridrinya di UIN baru kali ini PMII mengalami dekadensi hegemoni. Sejak naiknya Minhaji, perubahan terus terjadi di dalam dinamika kemahasiswaan. Minhaji melakukan reformasi dibeberapa lokus-lokus gerakan di kampus yang dikuasai oleh PMII.
Dengan latar belakangnya adalah HMI tentu saja ia mencoba membuka ruang selebar-lebarnya untuk mentransfer kader-kadernya di dalam lokus gerakan kampus, yang mana sejak dahulu mereka selalu tersubordinasi oleh PMII. Ini adalah dosa sejarah PMII yang terninabobokan oleh hegemoninya selama ini dan tidak mapu mempertahankan kekuasaannya.
PMII hanya siap kalah namun tidak siap menang. Jika terus seperti ini maka seiring berjlannya waktu PMII akan akan terusir dari istananya di UIN yang mana setiap kampus Islam merupakan istana PMII. PMII tidak punya backingan apa-apa, dari birokrasi kampus semuanya dikuasai oleh HMI dan IMM sedangkan lokus gerakan mahasiswa yang dikuasai oleh PMII juga mulai merosot.
PMII perlu berbenah untuk tetap mempertahankan eksistensinya, mengingat PMII adalah organisasi kaderisasi.
Opak 2015
Perdebatan alot terus terjadi antara mahasiswa PMII yang memangku jabatan penting dengan pihak rektorat mengenai kepengurusan OPAK tahun ini. Karena SEMA/DEMA kampus sudah tidak punya taring lagi di kampus yang dipegang oleh kader PMII semakin mempersulit PMII untuk mengambil dan mengurus kegiatan tahunan ini.
Jika dahulu PMII selalu dipercayakan untuk mengurus OPAK sepenuhnya, maka tahun ini sudah tidak lagi. Setiap organ ekstra pun juga diberi kesempatan untuk mengurus OPAK dan tentu saja gerk PMII untuk menjaring kader DI OPAK ini semakin sulit karena harus bersaing dengan beberapa organ lain. Mekanisme OPAK juga ditentukan oleh pihak kampus, ini yang tidak diantisipasi oleh kader-kader PMII yang ada di birokrasi kampus.
Jadi wajar jika saat ini para sesepuh PMII mulai kocar-kacir menanggulangi permasalahan ini. Inilah yang terjadi akibat politik praktis yang hanya mementingkan keuntungan pribadi yang dilakukan oleh mafia-mafia di PMII. Banyak dari mereka yang hanya menjual kader demi kepentibgan pribadi dan golongan.
Jika dahulu PMII selalu dipercayakan untuk mengurus OPAK sepenuhnya, maka tahun ini sudah tidak lagi. Setiap organ ekstra pun juga diberi kesempatan untuk mengurus OPAK dan tentu saja gerk PMII untuk menjaring kader DI OPAK ini semakin sulit karena harus bersaing dengan beberapa organ lain. Mekanisme OPAK juga ditentukan oleh pihak kampus, ini yang tidak diantisipasi oleh kader-kader PMII yang ada di birokrasi kampus.
Jadi wajar jika saat ini para sesepuh PMII mulai kocar-kacir menanggulangi permasalahan ini. Inilah yang terjadi akibat politik praktis yang hanya mementingkan keuntungan pribadi yang dilakukan oleh mafia-mafia di PMII. Banyak dari mereka yang hanya menjual kader demi kepentibgan pribadi dan golongan.
Aku bermimpi, PMII mampu mengambil dan menerapkan semangat Partai Bolshevik dalam menghadapi tirani Minhaji
Dimutakhirkan : 4 September 2022
Tags:
Dunia Mahasiswa
BalasHapusBismillahir Rahmanir Rahim
Salam dan selawat
Kepada:
Mahasiswa
Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Indonesia.
Pertanyaan mahasiswa: Adakah kalian bersetuju semua sahabat itu sesat kecuali 3 orang: Miqdad bin Aswad, Abu Dzar dan Salman al-Farisi menurut sumber Syiah?
Jawapan 1.
Al-Qur'an sebagai asas agama Islam
Sesat atau kafirnya seorang muslim termasuk sahabat, adalah terletak kepada sejauh mana mereka percaya dan menghayati ajaran al-Qur'an dalam kehidupan mereka.
Jawapan 2
Sunnah Nabi saw sebagai asas agama Islam selepas al- Qur'an.
2. Sejauh mana mereka percaya dan menghayati Sunnah Nabi saw dalam kehidupan mereka.
Jawapan 3
3.Justeru, ia bukan soal kalian bersetuju atau pun tidak dengan seorang itu sesat atau kafir kerana ia berkait rapat dengan sistem nilai yang diakui oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jawapan 4
4. Sumber Sunni tentang kesesatan atau kekafiran majoriti para sahabat Nabi saw selepas kewafatan Nabi saw kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw, boleh didapati dalam Sahih al- Bukhari, Kitab al-Riqaq, bab al- Haudh, hadis no.584, 585,586, dan 587.
Hadis no. 587 menyatakan bahawa mereka (sahabat) telah murtad ke belakang. Justeru, aku tidak melihat mereka (sahabat) terselamat melainkan segelintir daripada mereka (bilangan yang sedikit) seperti unta yang tersesat atau terbiar daripada pengembalanya (mithlu humali nna'am).
Jawapan 5
5. Sahih Muslim, bab Ithbat Haudhi Nabiyyi-na menyatakan bahawa hanya sedikit sahaja sahabat yang selamat kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw. Lihat, hadis no. 26, (2290), (2291), no. 27 (2293), 28, (2294), 32 (2297), 40 (2304).
Hadis no. 29 (2295) " Sesungguhnya aku akan mendahului kamu di Haudh. Tidak ada seorang pun daripada kamu (para sahabatku) akan mendatangiku sehingga dia akan dihalau atau diusir daripadaku sebagaimana dihalau atau diusir unta yang sesat (bilangan yang sedikit).
Aku bersabda: Apa salahnya? Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka. Jauh! Dari rahamat Tuhan (suhqan).
Jawapan 6
Al-Qur'an
6. Hanya sedikit sahaja di kalangan orang Islam yang mengikut al-Qur'an 100% sebagaimana Firman-Nya Surah al-Saba' (34): 13 " dan sedikit sahaja di kalangan hamba-hamba-Ku yang berterima kasih". Ini bererti kebanyakan orang-orang Islam sama ada sahabat atau bukan sahabat sedikit sahaja yang berterima kasih. Justeru, mereka disiksa oleh Allah swt kerana tidak berterima kasih.
Jawapan 7
7. Sila baca teks Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim tentang kekafiran majoriti para sahabat kerana mereka telah mengubah Sunnah Nabi saw. Justeru, ia menyalahi akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang percaya semua sahabat adalah adil.
Jawapan 8
8. Kekafiran majoriti para sahabat selepas kewafatan Nabi saw sengaja disembunyikan oleh para ulama Ahli Sunnah Wal-Jamaah dan Wahabi di Nusantara. Mereka meninggalkan penerjemahan bab al- Haudh dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim ke dalam bahasa ibunda. Justeru, umat Islam di Nusantara tidak mengetahuinya, lalu mereka menuduh Syiah mengkafirkan para sahabat Nabi saw pula. Pada hakikatnya, Nabi saw sendiri yang telah mengkafirkan majoriti para sahabatnya kerana mereka telah menguban Sunnahnya menurut Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.
Jawapan 9
9. Sila lihat, renungan 92. "Pengubahan al-Qur'an (Tahrif al-Qur'an) dalam buku-buku Sunni, Pengubahan Sunnah Rasulullah saw, penghinaan terhadap Rasulullah saw oleh para sahabat dan kekafiran majoriti para sahabat oleh Rasulullah saw sendiri" sila layari: al-mawaddah. info
Oleh: Pencinta al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW.
sila rujuk:
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWQXF6VWJRNkdZYmdMS25Da2NkRkU1YjVaLWRz/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWY0dEVk9UekR1c0E/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWdXZubUJzRHllXzQ/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/12aImJbBv1e0cSE6vBNmVsjG7Wk8fmvKr/view?usp=drivesdk
Web: almawaddah.info
Maturnuwun
BalasHapus