Pilpres 2014 Salah Satu Tonggak Sejarah Demokrasi Indonesia

Pilpres 2014 Salah Satu Tonggak Sejarah Demokrasi Indonesia

politik dan demokrasi indonesia

Laci Gagasan, Politik --- Apa yang terjadi pada masyarakat Indonesia dalam kurun waktu satu decade (10 tahun)? Mungkin dalam benak pembaca ada begitu banyak jawaban dari pertanyaan diatas, namun bagaimana apabila penulis menanyakan mengenai partisipasi masyarakat Indonesia dalam pemilihan presiden (pilpres) yang baru saja kita ikuti dari pemilihan hingga penetapan presiden terpilih?

Sudah tentu pembaca punya jawaban yang beragam. Inilah yang akan dipaparkan sesuai dengan sudut pandang penulis.

9 juli 2014, pesta demokrasi bangsa Indonesia dalam lima tahun sekali. Dimana pada pilpres kali ini ada dua calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yaitu pasangan nomor urut satu (Prabowo-Hatta) bersaing dengan (Jokowi-JK) pasangan nomor urut dua. Ini merupakan sejarah dalam pilpres bangsa Indonesia untuk pertama kalinya dimana hanya ada dua kandidat yang kejar-kejaran menuju gerbang RI-1.
 
Pasangan Prabowo-Hatta berkoalisi dengan partai-partai besar yang mereka sebut dengan koalisi Merah-Putih yang terdiri dari partai,Grindra, PAN, Golkar, PKS, PPP, PBB, dan Demokrat.Sedangkan pasangan Jokowi-JK yang diusung oleh PDIP yang berkoalisi dengan PKB, HANURA ,PKPI, dan NASDEM. Dari koalisi kedua kandidat tersebut sudah nampak siapa yang lebih dominan dan sudah dapat ditebak siapa yang bakalan lebih dulu membuka pintu ISTANA.

Dalam pemilu legislative (pileg) sebelumnya dimana partai PDIP keluar sebagai pemenang, Perolehan suara dan persentase nasional:

1. PDIP 23.681.471 suara (18,95%)
2. GOLKAR18.432.312 suara (14,75%)
3. GERINDRA 14.760.371 suara (11,81%)
4. Demokrat 12.728.913 suara (10,9%)
5. PKB 11.298.950 suara (9,04%)
6. PAN 9.481.621 suara (7,59%)
7. PKS 8.480.204 suara (6,79%)
8. NASDEM 8.402.812 suara (6,72%)
9. PPP 8.157.488 (6,53%)
10. Hanura 6.579.498 suara (5,26%)
11. PBB 1.825.750 suara (1,46%)
12. PKPI 1.143.094 suara (0,91%)

Sejak masa kampanye dapat kita lihat betapa superiornya pasangan Prabowo-Hatta terhadap pasangan Jokowi-Jk. Prabowo-Hatta dalam masa kampanye begitu glamour, dapat kita lihat ketika ia mendatangkan Maher Zein guna menghibur simpatisannya. Memang konser ini gratis,tapi yang dapat menyaksikan konser tersebut hanya dari kalangan elit Parpol.Prabowo-Hatta didukung oleh kalangan artis papan atas seperti, Ahmad Dhani, Anang, Raffi Ahmad, Raja Dangdut Rhoma Irama dll. Serta dari kalangan para Ulama.

Wajah kampanye Jokowi-JK

Bagai langit dan bumi,seperti ini penulis gambarkan wajah kampanye kedua pasangan tersebut.Meskipun didukung dari elemen yang sama seperti pasangan Prabowo-Hatta, namun tetap jauh berbeda. Jokowi-JK memulai proses kampanye yang sangat unik dan mungkin suatu hal yang gila,dimana pasangan ini membuka sebuah rekening kampanye untuk mendanai proses kampanye yang mereka lakukan.

Bukankah ini hal yang sangat tidak lazim dalam suatu proses kampanye pemilu. Berkaca pada sejarah pemilu-pemilu sebelumnya baik itu pemilukada hingga tingkat pilpres belum ada yang pernah melakukan hal gila semacam ini.Namun itu lah Jokowi sosok pemimpin yang penuh dengan ide-ide gila.

Meskipun begitu Jokowi-JK tetap mendapat simpati dan support dari berbagai elemen masyarakat,dari kalangan artis,pengusaha,Ulama hingga rakyat jelata. Dari kalangan artis ada Glenn Fredly, Gading Martin, Gita Gutawa, Sherina dan masih banyak lagi serta yang paling nyentrik adalah SLANK yang mengusung tema konser “salam dua jari”.

Selama berkampanye semua artis pendukung pasangan ini tidak ada satu pun yang meminta bayaran,malahan mereka yang secara sukarela membiayai proses konser sendiri.Inilah yang menjadi nilai tambah bagi pasangan ini dimana setiap proses kampanye semua elemen masyarakat terlibat langsung tanpa dimobilisasi oleh pihak-pihak tertentu.

satu hal yang paling kental dalam proses kampanye Jokowi-JK dimana konser yang diadakan oleh salah satu band ternama negeri ini yaitu SLANK.Selama proses kampanye band ini mampu menghibur lautan massa Jokowi-JK, konsernya dikenal dengan sebutan ”salam dua jari”, lautan massa Jokowi-JK bagai ombak yang tak terbendung.
 

Apa kabar Golongan Putih (Golput)?

Mungkin pertanyaan ini pula yang ada di benak para pembaca.Tak bisa dipungkiri bahwa golongan ini selalu mewarnai proses pesta demokrasi bangsa ini dan juga memiliki massa yang mayoritas. Seperti yang kita ketahui bahwa golongan ini apatis terhadap pemilu, menganggap pemilu itu busuk dan tak berguna.

Pada Pemilu kali ini jauh berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, dimana Golongan Putih ini boleh dikata diambang kepunahan sebab mereka tidak lagi punya alasan yang kuat untuk tetap golput. Sosok pemimpin yang selama ini mereka impikan sudah lahir di hadapan mereka dan telah meyakinkan golongan ini untuk tidak golput lagi.

Inilah reformasi pemikiran bangsa Indonesia dalam partisipasi politik di tahun 2014. Setelah masa Orde Baru sampai pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) partisipasi politik bangsa Indonesia masih sangat dangkal.Itu semua tak lepas dari sistem yang kocar-kacir serta aktor politik yang tak mampu meraih simpati masyarakat. Melihat partisipasi politik bangsa Indonesia saat ini seakan memberi sinyal positif akan kecerahan masa depan system politik negeri ini.
 
Bukan tidak mungkin bangsa ini akan terus berkembang dari segala aspek kehidupan apabila system yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik terus dipelihara. Terjalinnya komunikasi yang baik serta kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya merupakan suatu modal yang besar dalam membawa bangsa ini kearah yang lebih baik.

Terlepas dari kemajuan bangsa Indonesia dalam berpolitik,namun masih ada segelintir orang yang berani menodahi hal ini. Terbukti dengan adanya golongan yang masih melakukan Kampanye Hitam (Black Campaign). Inilah golongan yang tidak ingin bangsa ini cerdas,yang selalu berusaha merusak suatu system yang telah tertata dengan baik. Seperti apa yang telah dikatakan oleh Bapak Revolusi bangsa ini bahwa:
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri

Inilah penyakit yang sedang dialami oleh bangsa ini,Sebuah penyakit yang terus menggerogoti sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa kita.Apakah bangsa ini mampu mengatasi penyakit tersebut atau malah semakin terpuruk? Kita lihat saja perjalanan bangsa ini ke depannya.

Dimutakhirkan : 5 September 2022


Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama