Menuntaskan Tugas Reformasi

Menuntaskan Tugas Reformasi

Meneruskan Perjuangan Reformasi Yang Belum Tuntas Hingga Hari Ini

Laci Gagasan, Mahasiswa - Tepat 21 tahun yang lalu (21 Mei 1998), rakyat berhasil menggulingkan dan merebut kedaulatannya dari tangan tirani Indonesia, yaitu; Pak Harto. Selama 32 tahun kepemimpinannya, Pak Harto berhasil menyulap Indonesia dengan perubahan yang signifikan tetapi itu harus dibayar mahal dengan jutaan nyawa rakyat indonesia yang melayang.
 
Untuk memuluskan jalannya, Pak Harto pertama kali harus menghabisi pendahulunya (Bung Karno) dari panggung kekuasaaan, dengan upaya kudeta yang sangat licik. Setelah jatuhnya Orde lama yang dikomandoi Ir.Soekarno dan bangkitnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto selama 32 tahun lamanya, menjadi sejarah kelam politik Indonesia.
 
Waktu terus berputar, generasi muda bersama rakyat semakin gusar dengan kondisi politik dan pemerintahan yang penuh dengan korupsi serta tirani keluarga cendana yang terus menggurita. Semua lini pemerintahan dikuasai oleh kroni-kroni Orba yang korup. Tidak lagi mampu membiarkan penyakit kronis ini menggerogoti Indonesia, mahasiswa akhirnya keluar dari sarangnya dan menggandeng seluruh elemen rakyat Indonesia untuk memerangi Soeharto dan kroni-kroninya.
 
Perjuangan aktivis 98’ ini meerupakan perjuangan yang berdarah-darah, karena banyak korban berjatuhan serta penculikan aktivis yang sampai hari ini hilang kabarnya, entah masih hidup atau sudah meninggal. Aparat keamanan (ABRI) menjadi tameng pelindung Orba dari segala ancaman dan tuntutan mahasiswa yang berdemonstrasi.

Mahasiswa dan rakyat yang ikut berjuang mendapat tindakan represif dari aparat yang sangat membabi buta kala itu. Nyawa sangat murah harganya, demi mempertahankan kekuasaan Orba yang lalim ini. Meski begitu, perjuangan mahasiswa semakin membara demi terwujudnya Indonesia yang demokratis, anti korupsi, dan supremasi hukum.

Aktivis ’98 dan Tuntutan Reformasi

Siapa yang tidak mengenal aktivis ’98 hari, tentu hamper semua mahasiswa mengenal sejarah perjuangan generasi ini dalam menumbangkan rezim Orba. Setelah 21 tahun lamanya, tentu jebolan aktivis ’98 ini sudah tidak muda lagi dan kemungkinan sudah mengisi hapir setiap dimensi kehidupan masyarakat.

Sebagai generasi muda atau mahasiswa yang tentunya tidak memiliki sejarah perjuangan yang mentereng seperti mereka, muncul sebuah pertanyaan; apa yang sekarang dilakukan oleh jebolan aktivis ’98 ini dan bagaimana dengan tuntutan reformasi yang belum sepenuhnya terwujud?.

Beberapa tuntutan reformasi yang perlu diingat kembali diantaranya; supremasi hukum, pemberantasan KKN, mengadili Soeharto dan krooni-kroninya, amandemen konstitusi yang membatasi waktu jabatan presiden, pencabutan dwifungsi ABRI, terkahir pemberian otonomi daerah seluas-luasnya.
 
Bukan berarti sebagai mahasiswa hari ini, hanya ingin berpangku tangan menunggu keniscayaan terwujudnya perubahan itu, tetapi penulis melihat beberapa jebolan ’98 sudah banyak yang masuk di pemerintahan. Artinya memang masih ada beberapa jebolan ’98 ini yang fokus dalam politik dan semoga saja benar-benar memperjuangkan tuntutan reformasi tadi di jalur politik dan pemerintahan.

Tetapi melihat fenomena hari ini, justru jebolan ’98 ini yang banyak bikin gaduh khususnya dalam dinamika politik nasional. Kenapa mereka ini tidak mampu bersatu seperti dulu, apakah karena kepentingan politik tadi mengubah mindset mereka sehingga perjuangan untuk mewujudkan tuntutan refromasi masih jalan di tempat.
 
Tokoh-tokoh seperti; Fadli Zon, Fahri Hamzah, Budiman Sudjatmiko, Adian Napitupulu, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu, merupakan jebolan’98 yang kala itu bergandengan tangan menggulingkan Orde baru. Uniknya dalam kancah politik nasional saat ini, mereka memiliki pandangan politik yang sangat tajam perbedaannya, bahkan dalam memaknai kembali gerakan people power 21 mei 1998 silam.

Disatu sisi mengatakan bahwa hari ini dibutuhkan dan wajib adanya gerakan people power dalam menghadapi pemerintah yang katanya agak mirip dengan Orba, disisi lainnya mengatakan bahwa pemerintahan hari ini tidak mirip sama sekali dengan Orba dan tidak dibutuhkan gerakan people power karena konteks zaman yang berbeda, sehingga adanya gerakan semacam itu, tiada lain adalah makar.

Menurut penulis pribadi, perjuangan mewujudkan tuntutan reformasi adalah tugas mahasiswa hari ini. Karena tidak mungkin mengharapkan apalagi percaya sepenuhnya pada jebolan’98 yang sudah menua. Jika melihat fenomena politik nasional, banyak jebolan ’98 yang ternyata belum mampu mewujudkan itu, karena banyaknya kepentingan kelompok,dan golongan yang sifatnya politis dan itu tidak bisa disalahkan.

Sudah menjadi tanggung jawab moral bagi mahasiswa hari ini untuk kembali memperjuangkan tuntutan itu, agar sepenuhnya terwujud. Ada beberapa tuntutan reformasi yang belum menunjukkan perubahan signifikan, seperti supremasi hukum, pemberantasan KKN, dan upaya mengadili Kroni-kroni Soeharto.
Walaupun sudah mengamandemen konstitusi sebanyak empat kali, nyatanya persoalan hukum masih sangat banyak.

Bukan hanya soal hukum yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas, tetapi banyak kasus hokum sampai hari ini belum mampu diselesaikan, seperti; kasus penghilangan aktivis ’98, pembunuhan Munir, pembantaian PKI, dll yang terksesan jalan di tempat.
 
Kemudian kasus korupsi yang terus terjadi dan dilakukan oleh politikus dan aparat pemerintah dari daerah hingga pusat, baik legislatif maupun eksekutif, tidak luput dari kasus korupsi. KPK sebagai lembaga independen yang dipercaya Negara, juga belum sepenhnya diberi keleluasaan dalam menegakkan hukum dan mengadili kasus korupsi, karena masih kuatnya kecenderungan politik yang mempengaruhi kinerja dan keputusan KPK dalam menindak kasus korupsi. Diperlukan perhatian khusus soal korupsi dan mendorong KPK sebagai ujung tombak dalam menangani tindak pidana korupsi.
 
Terakhir soal krooni-kroni orba yang entah bagaimana akan diadili serta keberanian Negara untuk itu. Kita masih melihat banyak eks Orba yang masih leluasa dalam manuver politik nasional tanpa ada hambatan sama sekali. Mereka masih bebas tampil ke public tanpa rasa bersalah atas dosa dan kekejaman yang telah dilakukan selama 32 tahun.

Artinya sejauh ini belum ada penyikapan soal ini, karena musuh rakyat yang sebenarnya masih dibiarkan bebas dari tuntutan reformasi. Dan lucunya lagi, justru yang menimbulkan kegaduhan politik ini adalah krooni-kroni Orba itu sendiri, yang mana menuduh pemerintahan hari sangat curang katanya. Entah mereka ini sadar atau tidak dengan apa yang mereka ucapkan, seolah mereka tidak memliki catatan hitam sejarah.

Dimutakhirkan: 10 Oktober 2022
Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama