Dinamika dan Pergolakan Aktivis Mahasiswa

Dinamika dan Pergolakan Aktivis Mahasiswa

Aktivis PMII Mahasiswa Jogja


Laci Gagasan, Aktivis Mahasiswa --- Esensi pergerakan adalah bergerak. Mahasiswa pergerakan adalah mahasiswa yang terus bergerak dan tidak stagnan. Dalam artian bahwa kaum pergerakan itu wajib hukumnya melakukan sebuah perubahan, yaitu bergerak merubah atau paling tidak mengkritisi segala hal yang menyangkut kesenjangan politik,social,ekonomi,budaya,dll. 

Mahasiswa adalah agen perubahan, agent of control, maka dari itu kaum pergerakan harus bergerak merubah dan mengontrol tatanan kehidupan Negara. Mana suaramu mahasiswa? Mungkin seperti itulah yang dikatakan oleh Bung Karno jika ia masih hidup. Mahasiswa hari ini adalah mahasiswa yang Hedonis, dibutakan oleh system kehidupan kampus dibuat senyaman mungkin berada di kelas,sehingga ia lupa akan esensi dirinya sebagai mahasiswa. 

Dongeng-dongeng dari dosen membuat mahasiswa tertidur pulas mendengarkan cerita heroic dosen,seakan-akan dongeng dosen itu membuat mahasiswa percaya akan masa depannya yang akan seperti dosen tersebut.

Berkaca pada sejarah kaum pergerakan era Soekarno dkk, mereka semua adalah kaum minoritas pergerakan yang mampu melawan,menentang dan menghancurkan segala bentuk imperialisme di negeri ini. Dengan militannya kaum pergerakan pada saat itu maka lahirlah yang namanya ”Indonesia” dimana mereka menekankan pergerakan atas dasar kepentingan bersama. 

Hanya dengan beberapa profokator pergerakan pada saat itu namun mampu meruntuhkan tahta “kolonialisme” kuantitas mereka kerdil namun kualitas mereka bagai petir yang membumi hanguskan kolonialisme. Ini semua didasari oleh jiwa persatuan yang kuat,bergerak bagai kilat melawan kolonialisme.

Masih adakah jiwa militansi didalam raga kaum pergerakan hari? Masihkah ada jiwa persatuan? Masihkah ada nasionalisme dikalangan kaum intelektual muda hari ini? Dimana esesnsi kaum pergerakan hari ini?

Kaum pergerakan hari ini tidak mampu bangkit dari lubang kejayaan yang diwariskan oleh pendahulunya, di nina-bobokan oleh heroisme sejarah. Kaum pergerakan hari ini takut melakukan perlawanan karna telah dijebak dalam system imperialism yang menggerogoti tubuh ibu pertiwi. Mereka menganggap tak perlu lagi kritis, melawan, menentang dan menghancurkan imperialism, seperti yang telah dilakukan oleh pendahulu kita. 

Kaum pergerakan hari ini bungkam seakan-akan mulutnya telah dijahit oleh benang-benang kenikmatan imperialism. Kaum pergerakan hari ini hanya gontok-gontokan sesama pergerakan,menganggap dirinya lebih baik dari yang lain. Hanya otot yang kuat tapi intelektual menciut, sangat terbatas yang kritis dan mampu berdialektis. 

Hal ini dikarenakan kaum pergerakan hari ini kerjanya hanya ngumpul tidak jelas,nge-rumpi, ngopi di warkop dan tidak menghasilkan apa-apa. Apa yang akan membuat mereka kritis jika hanya perut yang di charging tapi otak sekarat karna tidak di charging. Kaum pergerakan masa lalu itu mereka semua kutu buku dan mampu melahirkan gagasan-gagasan yang cemerlang untuk merubah bangsa ini,namun berbeda dengan hari ini yang hanya ngumpul di warkop dan menghasilkan bualan semata.

Tidak ada gagasan yang mereka tawarkan untuk merubah bangsa ini, mereka terlalu hedonis dan takut untuk melawan segala bentuk imperialism. Bagaimana mau melawan jika kepala mereka kosong. Kaum pergerakan hari ini wajib hukumnya menjadi kutu buku,bukan kutu kopi agar dapat melanjutkan cita-cita Bapak Revolusioner kita.

Dimutakhirkan : 5 September 2022
Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama