Laci Gagasan, PMII Jogja --- Degradasi pengetahuan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tak terbantahkan lagi, dengan banyaknya kader yang tidak melek realitas dan sangat politis. Banyaknya kader tidak diimbangi dengan luasnya pengetahuan yang dimiliki. Ini dampak dari lingkungan di PMII (Khususnya Jogja) sangat politis, tanpa belajar teori politik pun kader sudah bisa memahami politik berdasarkan pengalamannya.
Diantara 10 kader PMII belum tentu ada 1 yang mampu berbicara soal paradigma sosial. Objek kajian dalam tulisan kali ini adalah Kader PMII di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN-SUKA) Yogyakarta. Karena penulis adalah kader PMII di lingkungan kampus tersebut. Maka akan lebih banyak bercerita tentang kasuistik yang terjadi dan atau dialami oleh penulis dan sahabat-sahabat lainnya.
Uin-Suka yang terkenal dengan kandangnya para demonstran, tidak lepas dari kader-kader militan PMII. UIN secara menyeluruh dikuasain oleh PMII yang sudah menjadi diktator selama 10 tahun. PMII masih eksis karena peran politik kekuasaannya saja yang telah mengakar dan rutinitas demonstrasi yang mewarnai gerakannya.
Uin-Suka yang terkenal dengan kandangnya para demonstran, tidak lepas dari kader-kader militan PMII. UIN secara menyeluruh dikuasain oleh PMII yang sudah menjadi diktator selama 10 tahun. PMII masih eksis karena peran politik kekuasaannya saja yang telah mengakar dan rutinitas demonstrasi yang mewarnai gerakannya.
PMII mampu mendapatkan kader yang banyak ( Sekitar 500-an/tahun) itu dikarenakan LKM kampus dipegang oleh kader PMII. Dengan banyaknya massa/kader yang dimiliki tentunya menjadi modal untuk mempertahankan kekuasaan di kampus. Saat berbicara pengetahuan, kader PMII beterbangan bagai pasir yang ditiup angin.
Kecakapan politik praktis berbanding terbalik dengan kecakapan intelektual kadernya. Sebuah kekuasaan yang sehebat apapun bisa runtuh dan hancur lebur, namun pemikiran dan tradisi pengetahuan akan selalu ada. Jika hanya mengandalkan basis massa, lambat laun kader PMII akan menjadi babu. Ketika itu pula para pemikir dari golongan lain akan muncul dan memutar kemudi kekuasaan kampus dan masyarakat.
Untuk menyikapi persoalan ini, saatnya kader PMII di tiap tingkatan Rayon berbenah dan merekonstruksi metode kaderisasi. Tradisi pengetahuan harus kembali dibumikan dan dijaga. Di tiap Rayon (khususnya kaderisasi) sudah saatnya menyiapkan bahan mentah untuk di masak di dapur diskusi agar dapat dikonsumsi oleh kader PMII.
Untuk menyikapi persoalan ini, saatnya kader PMII di tiap tingkatan Rayon berbenah dan merekonstruksi metode kaderisasi. Tradisi pengetahuan harus kembali dibumikan dan dijaga. Di tiap Rayon (khususnya kaderisasi) sudah saatnya menyiapkan bahan mentah untuk di masak di dapur diskusi agar dapat dikonsumsi oleh kader PMII.
Saatnya kader PMII melek ideologi dunia, memperkaya pengetahuan selama berada di bawah naumgan Rayon. Kader PMII harus di indoktrinisasikan bahwa organisasi hanya penopang kehidupan akademik kampus, bukan sebaliknya. Agar kader PMII tidak lagi mengurusi persoalan kegagalan akademik yang berujung pada di drop out-nya kader dan bermuara pada aksi demonstrasi.
Ini sebenarnya menjadi penyakit moral kader PMII, malas kuliah dan menyepelekan kampus. Sudah saatnya kita mampu menjadi tenaga profesional secara akademik dan pengalaman serta pengetahuan yang kita dapat di organisasi menjadi modal untuk terjun ke masyarakat. Jika kita melihat dengan saudara kita yang lain, mereka sudah banyak yang bergelar Doktor bahkan Professor.
Itulah sebabnya kenapa kader mereka banyak yang memimpin institusi negara, sedangkan kader PMII belum ada yang menjadi Rektor di perguruan tinggi ternama. Krisis tenaga profesional/akademis masih terjadi di tubuh PMII. Kader PMII harus menjadi petarung di tiap lokus kehidupan seperti; pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik.
Tugas Rayon untuk kadernya ialah menyiapkan bahan baku pengetahuan yang tidak ada di lingkungan kampus. Misalnya dengan memperkenalkan ideologi dunia, memahami ekonomi politik dan paradigma sosial. Rayon harus mampu memberikan dan mengarahkan kader pada kecakapan pengetahuan.
Tugas Rayon untuk kadernya ialah menyiapkan bahan baku pengetahuan yang tidak ada di lingkungan kampus. Misalnya dengan memperkenalkan ideologi dunia, memahami ekonomi politik dan paradigma sosial. Rayon harus mampu memberikan dan mengarahkan kader pada kecakapan pengetahuan.
Saat kader PMII sudah banyak yang menjadi eksponen intelektual, ini menjadi modal besar bagi PMII untuk menyiapkan para pemikir dan pemimpin bangsa kedepannya. Kekuasaan politik PMII di UIN harus berlandaskan dengan pengetahuan yang luas. Sederhanya adalah para pakar teoritisi ini menjadi penyeimbang bagi kader yang terjun langsung dalam politik. Sudah saatnya PMII mengelola kekuasaan dengan kecakapan pengetahuan kadernya.
Dimutakhirkan : 17 September 2022