Kemana Arah Juang Mahasiswa Indonesia

Kemana Arah Juang Mahasiswa Indonesia

Mahasiswa Aktivis Indonesia Kehilangan Arah dan Tujuan Perjuangan
Laci Gagasan, Mahasiswa --- Setiap perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu ada pemuda sebagai garda depan perubahan. Sejarah telah banyak menggambarkan kepada kita semua bahwa perubahan dalam bentuk apapun itu selalu dimulai oleh pemuda, sebut saja Jean-Jackues Rousseau dkk. Yang mempelopori Revolusi Prancis, Sun Yat Sen di China, serta Soekarno-Hatta di Indonesia. Mereka telah menunjukkan cara berjuang mereka dalam melakukan perubahan bagi bangsanya seperti yang sedang kita nikmati saat ini. Atas dasar itulah, arah juang mahasiswa indonesia hari ini dipertanyakan kembali, arah dan tujuannya.

Di Indonesia pasca Revolusi 45, yang disebut angkatan 66-98 telah menorehkan sejarah bagi bangsa ini dengan gerakan perubahan yang diciptakan setiap jaman. Pasca Reformasi Mei 98, seakan hilang ditelan bumi, pemuda atau yang hari ini disebut Mahasiswa tak lagi muncul ke permukaan. Lalu kemana mereka (mahasiswa)? itu yang akan diulas dalam tulisan singkat ini.
Kalian Pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri - Pramoedya Ananta Toer
Apa yang terjadi pada mahasiswa hari ini? Kemana mahasiswa pergi? Apa yang sedang mahasiswa lakukan? Masihkan mahasiswa bisa diharapkan sebagai garda depan bangsa? Pertanyaan sederhana ini yang sering dihadapi penulis dalam lingkungan akademik dan masyarakat. Era globalisasi ini dengan bahan bakar neo-liberal (neolib) membawa kepentingan yang kompleks untuk dapat dianalisis, hingga membuat mahasiswa seolah berada di tengah lautan lepas yang tak kunjung menemukan daratan untuk berlabuh.

Selain kondisi ekonomi-politik neolib yang sulit ditafsir, juga dinamika pendidikan di Indonesia yang semakin menjauh dari realitas sosial. Dalam dunia pendidikan, skeptisme masyarakat semakin menjadi-jadi. Hal ini dibuktikan dengan pendidikan yang semakin mahal, degradasi moral, hingga pembodohan massal yang dipraktekkannya. Pendidikan dalam arti sempit (institusi pendidikan) ibarat penjara kaca yang memenjarakan mahasiswa, seolah bebas melihat realitas sosial namun tak mampu bergerak ke luar dan terus berputar didalam penjara kaca tersbut.

Kuliah hanya sebatas mengikuti arus zaman, yang didalamnya terbentuk budaya tersendiri yang jauh dari realitas. Tujuan kuliah hanya mengejar IPK cumlaude dan lulus cepat, kemudian jadi pekerja di perusahaan asing atau lanjut S2 bagi yang mampu secara finansial. Inilah obat tidur yang sangat manjur dalam meninabobokan mahasiswa. Kulih tidak lagi dengan tujuan menimba ilmu agar dapat mencerdaskan diri dan lingkungan sekitar. Perlu diketahui bahwa mayoritas mahasiswa hari ini adalah anak Borjouis (kelas berduit), sehingga mereka tidak peduli atau buta terhadap realitas sosial karena mereka tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Sedangkan yang dari golongan masyarakat kecil hanya sebagian kecil saja yang mampu mengenyam bangku pendidikan. Hal ini berdampak pada gerakan mahasiswa yang buntu. Mahasiswa semakin apolitis, tak peduli dengan realitas sosial karena hidup yang begitu nyaman. Kenyaman merupakan lingkaran setan, ini merupakan epidemi (penyakit) yang kronis bagi mahasiswa. Kebuntuan membaca realitas membuat mahasiswa semakin jauh dari kehidupan yang semestinya.

Siapa musuh kita sebenarnya? Pertanyaan inilah yang sering didiskusikan penulis dengan kawan-kawan yang masih peduli dengan realitas sosial. Namun menentukan siapa musuh kita tak semudah dengan memberi pertanyaan. Kalau angkatan 66 dan 98 musuhnya adalah pemerintah, karena jelas situasi ekonomi-politik saat itu masih berada dibawah kendali pemerintah sehingga mudah menentukan musuh. Tapi hari ini tak seindah dahulu, musuh bangsa seperti jamur yang bertebaran diman-mana pasca musim hujan.

Kepentingan neolib yang terselubung membuat kita semua dikibulin, semua sendi-sendi kehidupan masyarakat telah disusupi kepentingan neolib. Kekuatan neolib seperti jaring laba-laba yang tak memiliki pusat kelemahan. Pola ini diikuti secara tidak langsung oleh mahasiswa, gerakan yang dibentuk juga parsial, sesuai kepentingan dan tujuan masing-masing. Padahal gerakan mahasiswa semestinya menyatu melawan musuh bangsa.

Neolib sebagai bentuk lanjut dari kapitalisme terus berkamuflase agar dapat mengelabui musuh-musuhnya. Selain problem mahasiswa diatas, yang paling vital ialah hampir punahnya daya kritis (berpikir dan bertindak logis) yang emansipasi. Indikatornya ialah menurunnya minat baca, kesadaran berorganisasi, ketertarikan intelektual, serta menguatnya budaya hedon, pragmatis, dan oportunis di lingkungan mahasiswa, Seperti yang disebut oleh muhammad Al-Fayyadl dalam tulisannya di Indoprogress.com yang berjudul "Bunuh Diri Kelas”. 

Mahasiswa lebih senang mencari uang timbang menghabiskan waktu untuk baca buku, diskusi yang dianggap memberi keuntungan. Mahasiswa lebih senang ke mall untuk shoping timbang ke perpustakaan atau diskusi di kantin. Mahasiswa umumnya merasa canggung untuk memanfaatkan ruang publik kampus seperti loby, kantin, serta ruang-ruang terbuka lainnya untuk berdiskusi. Menurunnya iklim diskusi dan intelektual membuat mahasiswa hilang perannya sebagai garda depan perubahan bangsa.

Dalam kondisi yang seperti ini, generasi bangsa telah menjual negeri ini kepada kepentingan asing (Kapitalisme) yang menyengsarakan bangsa. Jika ini terus berlanjut, dalam 50 tahun kedepan bangsa Indonesia hanyalah sekedar nama. Akan beralih fungsi menjadi ladang basah bagi kapitalisme karena generasinya apatis terhadap masa depan bangsanya sendiri. Menjadi budak di tanah sendiri bukan lagi ketakutan tapi kenyataan yang sebenarnya kita alami.

Jika generasi penerus bangsa sudah seperti ini, lalu siapa lagi yang menjadi tumpuan bangsa ini? Jika sejarah pemuda telah mati maka matilah sejarah sebuah bangsa. Musuh bangsa ini adalah kapitalisme, maka bangkit dan pulangkanlah patok-patok kapitalisme yang telah tertanam di bumi pertiwi ini. Hanya mahasiswa revolusioner yang mau dan mampu mengembalikan harkat dan martabat bangsa dan negara.

Dimutakhirkan 20 September 2022
Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama