Kondisi
Negara saat ini semakin ramai dan semrawut, tapi tetap nikmat untuk dikonsumsi
sehari-hari oleh publik melalui media. Saya yang hanya mahasiswa yang tak
kunjung KKN semakin bingung dan menikmati kebingungan ini setiap hari sambil
ngopi. Setiap bangun pagi, saya selalu disapa Koran Kompas yang diantar oleh loper Koran dengan motor supranya yang
bising. Lagi-lagi yang menjadi bertita utama adalah kebijakan Presiden Jokowi
yang mengeluarkan PERPPU terkait ormas yang anti Pancasila, di sisi lain ada
konflik berkepanjangan antara KPK dan DPR. Seolah ini drama India yang
mengharukan bagi penonton, dan menimbulkan kesan tidak senang dengan korban
dalam drama tersebut.
Saya
sih tidak begitu paham dengan persoalan bangsa dan Negara hari ini, hanya saja
saya semakin dibuat bingung. Meskipun sudah saya coba untuk tidak
memikirkannya, tetap saja selalu ada yang membuat saya untuk selalu mengkaji
dua persoalan utama ini. Ketika di warung kopi, ada koneksi internet, langsung
saja saya buka media online kesukaan saya yaitu; Tirto.id dan Mojok.co. tapi
tetap saja berita utamanya terkait dua hal di atas, karena memang itu yang
sedang menjadi sorotan dan ramai diperbincangkan. Dan yang menarik adalah
penyajian tulisan di dua media ini sangat khas dan menarik bagi pembacanya,
kebetulan saya senang keduanya.
Langsung
saja ke inti persoalan. Saya mengajak pembaca yang baik hatinya menyimak ulasan
saya. Pertama : konflik KPK dan DPR. Konflik
yang berawal dari banyaknya kasus dugaan korupsi oleh KPK terhadap anggota DPR,
membuat DPR geram dan merasa sedang diinjak harkat dan martabatnya oleh lembaga
semi Negara (KPK). Atas dasar itu, DPR membuat Hak Angket, yang itu dianggap
oleh banyak pihak bahwa DPR sedang menghalang halangi KPK dalam melakukan
penyidikan tindak pidana korupsi. Disini DPR terlalu lebay dan juga KPK yang semakin perkasa. Netizen sangat bersimpati
dengan KPK dan sebaliknya semakin tidak senang dengan DPR. Wajar saja, DPR
semakin hilang citra baiknya di hadapan seluruh masyarakat Indonesia, karena
banyaknya anggota DPR yang terjerat kasus korupsi. Bukannya bekerja keras dan
cerdas atas nama dan kepentingan rakyat, malah sibuk dengan kepentingan pribadi
dan golongan. Secara substansi dan eksistensi di mata rakyat, DPR hanyalah
sebatas simbol tanpa kerja nyata bagi bangsa dan Negara.
Lalu
bagaimana dengan KPK? Lembaga semi Negara ini semakin kuat dan mendapat
dukungan dari hampir seluruh elemen masyarakat Indonesia, kecuali beberapa
politisi dan partai tertentu mungkin. KPK semakin kuat karena yang mencoba
mengalahkannya juga tidak sembarangan. Sejak didirikan tahun 2004 silam, KPK
selalu dihadang oleh beberapa lembaga Negara seperti Kapolri, Mahkamah
Konstitusi dll. Dan untungnya KPK selalu mencuri perhatian dan simpati
masyarakat. Inilah yang membuat KPK semakin perkasa karena terbentur,
terbentur, dan akhirnya terbentuk juga. Saat ini KPK sedang ribut dengan DPR. Jangan
tanya, lagi-lagi KPK mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Sebut saja misal;
ratusan Profesor dari berbagai universitas di Indonesia, mendukung KPK dan
menolak Hak Angket DPR. Sebuah keberhasilan dan kemajuan yang luar biasa bagi
KPK.
Tepuk
tangan dong, hehehehe…..
Awalnya
saya menganggap bahwa KPK ini memang lembaga yang paling bersih dan sangat profesional
dalam menjalankan amanat yang diberikan. Tak dapat dipungkiri bahwa sampai
sejauh ini, belum ada satupun anggota atau pimpinan KPK yang terjerat kasus
korupsi. Jadi wajar kalau KPK mendapat kepercayaan penuh dalam memberantas
kasus korupsi di Indonesia. Mungkin sebagian besar orang juga beranggapan sama
dengan saya.
Tapi
saya sempat berdiskusi dengan beberapa temen mahasiswa di warung kopi, temen
saya ini berpendapat beda dengan orang kebanyakan termsuk saya sendiri. Dia bilang
bahwa “KPK tidak bisa dipercaya sepenuhnya, karena ada unsur politik di
dalamnya. Oke lah terlepas dari kinerja KPK sejauh ini yang cukup signifikan
dan patut mendapatkan apresiasi, KPK juga masih tebang pilih dalam memberantas
kasus korupsi.” Kata dia.
Menurut
teman saya ini, KPK ini dipilih oleh Presiden dan tentu secara tidak langsung
ada hubungan yang tidak lazim di balik layar. Menurutnya, sejak era SBY
memimpin, KPK tidak pernah sekalipun mengusik orang-orang terdekat presiden
yang itu ada dugaan korupsi. Ini salah satu fakta logis di balik layar drama
KPK. Ambil contoh, anak bungsu SBY yang katanya ada dugaan kasus korupsi yang
sempat ramai diberitakan, tapi KPK tidak mengusik sama sekali dugaan tersebut.
Yah cukup aneh juga sih… gak papa yah, aneh
tapi nyata kok!!!
Belum
lagi setiap periode atau pergantian Presiden, ketua KPK juga berganti dan ketua
sebelumnya pasti dan selalu terkena kasus yang itu kasusnya remeh temeh dan
dibesar besarkan. Ini fakta bahwa KPK juga menyimpan unsur politik yang tidak
banyak diketahui atau bahkan sengaja ditutup tutupi.
Lain
halnya dengan apa yang pernah disampaikan oleh salah satu teman wartawan yang
berjibaku dengan hiruk pikuk ibu kota. Menurut teman saya yang satu ini, bahwa
di KPK tersimpan banyak berkas atau laporan dugaan korupsi. Lalu kapan laporan tersebut
dibuka dan dikerjakan oleh KPK? Kata temenku ini, “yah tinggal nunggu klik dari Presiden, maka kasus akan
dibuka.” Jadi intinya, orang-orang yang berani mengusik kekuasaan tertinggi Negara,
akan segera dibuka kasusnya atau bahkan direkayasa agar orang tersebut terjerat
kasus dan dipidanakan. Memang cukup aneh yah fakta dibalik layar Negara ini. Hal seacam ini tidak dapat
ditemukan di media mainstream atau
bahkan di media anti mainstream
lainnya. Wacana semacam ini hanya ada di warung kopi.
Maka rajin-rajinlah ngopi dan diskusi….!
Saya
sadar bahwa orang-orang yang membaca tulisan ini pasti mengira saya adalah
antek2 pemerintah dan pro terhadap pejabat korupsi. So wahat? Terserah pebaca aja lah mau menilai seperti apa?
****
Terkait
PERPPU yang berisi tentang penertiban ormas anti pancasila saya akan bahas di
tulisan selanjutnya yah. Selamat menunggu…..