Laci gagasan, Pemuda - Saat mahasiswa mendengar kata “Politik”, belum tentu tertarik untuk membahasnya, apalagi memilki sikap yang konkrit soal politik. Umumnya mahasiswa menganggap bahwa politik hanyalah soal perebutan kekuasaan oleh sekelompok elit tertentu yang memiliki peluang dalam politik. Makna politik hari ini semakin sempit bagi kalangan mahasiswa, hal itu dapat dilihat dari tingkat partisipasi aktif mahasiswa dalam menanggapi sesuatu yang berkaitan dengan politik.
Kondisi politik nasional juga secara tidak langsung turut andil dan memberi contoh soal politik, yang hanya diurus oleh orang-orang itu saja. Kebanyakan generasi tua yang sering muncul di permukaan atau media yang berbicara soal politik. Secara tidak langsung, ini memberi stigma bahwa hanya orang-orang yang sudah tua yang boleh atau layak bicara soal politik.
Beberapa partai politik dikuasai oleh golongan tua didalamnya, seakan-akan peran kaum muda masih sedikit atau bahkan belum nampak di permukaan. Di tahun 2018 ini muncul salah satu partai politik yang diisi oleh kelompok kaum muda secara mayoritas, bahkan isu politiknya pun soal peran pemuda. Fenomena munculnya partai baru ini pun belum menjawab persoalan yang sesungguhnya.
Menurut saya, kehadiran pemuda dalam politik, bukan soal banyak-tidaknya pemuda dalam struktur partai, tapi soal peran, gagasan, sosok, dan kepemimpinannya. Belum banyak partai politik yang melakukan hal tersebut, bahkan hampir belum ada. Hanya ada satu partai politik yang mampu menunjukkan perubahan visi politiknya dengan menyuguhkan sosok pemuda yang pantas dan layak berada dalam pusaran politik, yang itu tidak hanyut terbawa arus, tetapi mampu menggiring arus. Sosok pemuda yang saya maksud adalah mas Agus Harimurti Yudhoyono atau yang akrab ditelinga masyarakat Indonesia Mas AHY.
Awalnya Mas AHY dikenal sebagai sosok Perwira TNI yang memiliki segudang karir militer. Mas AHY pun merupakan putra Presiden ke-6 RI. Latar belakang sebagai perwira TNI tentu menjadi salah satu modal besar baginya dalam menerapkan mode kepemimpinan yang disiplin, terarah, dan demokratis. Di tengah karir militernya yang terus meroket, Mas AHY malah melepas seragam yang telah mendidiknya menjadi sosok Kesatria dengan segudang prestasi.
Belum ada sosok pemuda, kecuali Mas AHY yang memiliki semangat pengorbanan dan kenegaraan di usia yang masih belia. Dari sini kita semua dapat belajar, bahwa sosok seperti Mas AHY sangat dibutuhkan oleh Negara dan seluruh masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda sebagai panutan.
Keputusan untuk melepas jabatan militer dan memilih terjun ke medan perang yang sesungguhnya, yaitu mengantarkan masyarakat Indonesia menuju singgasana kebebasan, kemakmuran, dan keamanan nasional seluruh warga Negara. Pilihan dan keputusn seperti ini terkesan ektrim dan banyak yang meragukan, tetapi Pemimpin besar selalu mengambil keputusan yang besar dan penuh resiko. Inilah karakteristik seorang kesatria muda, yang selalu mengambil keputusan jitu ditengah arus peradaban yang tak menentu.
Tidak bisa disangkal, bahwa Mas AHY adalah sosok politikus sekaligus negarawan muda yang ada dan dimiliki oleh bangsa dan Negara Indonesia. Ini adalah asset paling berharga bagi masa depan Indonesia, karena belum ada satu sosok pun yang memiliki dua karakter sekaligus, yaitu: politisi dan negarawan, selain sosok Mas AHY.
Ide Anak Muda adalah Bekal Menentukan Arah Bangsa.
Saatnya generasi muda yang memimpin!, Jargon itu tidak asing bagi publik. Salah satu aset peradaban bangsa adalah pemuda yang memiliki ide cemerlang. Mereka memiliki hak penuh untuk menentukan arah kepemimpinan Bangsa dan Negara sejak dini, untuk peradaban yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Bagi anak muda, alam ide sebagai bagian vital untuk menentukan arah Bangsa kedepan, selain sifatnya yang liar, ide tidak mampu dipenjarakan oleh aparat manapun. Meminjam istilah dari Tan Malaka, bagi anak muda idealisme adalah keistimewaan terakhir. Dari keistimewaan itulah, tidak ada salahnya generasi muda memimpin. Menyalurkan idealismenya kedalam bentuk kepemimpinan yang nyata.
Sebagai bagian dari generasi muda itu, kami menemukan beberapa kejanggalan dalam perjalanan Pilpres 2019, dalam hal penentuan bakal calon kepemimpinan yang akan maju didalamnya. Agus Harimurti yudhoyono (AHY) pernah diragukan kemampuannya sebagai orang yang dipercaya untuk mendampingi Prabowo sebagai wakil Presiden. Dengan alasan terlalu muda untuk memimpin.
Alasan-alsan seperti itu tidaklah argumentatif, bahkan cenderung meremehkan generasi muda. Tidak ada yang dapat memberi jaminan kepemimpinan dipegang oleh generasi tua sekalipun belum tentu mampu membawa Indonesia lebih baik. Akan tetapi, AHY mampu menangkal dengan argumentasi demikian,
“anak muda justru akan menjadi pelaku utama di berbagai sektor di profesi masing-masing. "Artinya anak muda Indonesia akan menentukan nasib bangsa ini 5 tahun mendatang, Muda adalah kekuatan". Seperti yang dikutip dari pdato AHY saat memberikan orasi politiknya pada acara Yudhoyono Institute yang bertajuk 'Muda Adalah Kekuatan' di Djakarta Theater, Jakarta Pusat.
Disadari atau tidak, ungkapan itu memberi harapan bagi anak Muda di Indonesia. Memberi spirit bahwa jangan takut mengemban amanah kepemimpinan. Karena generasi muda juga mampu dan memiliki hak sepenuhnya untuk menentukan arah perubahan.
Kita adalah bagian generasi muda yang sadar akan hal itu. Memperjuangkan nasib Bangsa dan Negara tidak harus dititipkan kepada generasi tua. Generasi muda yang selama ini dianggap belum layak dan tidak mempunyai kemampuan. Itu bukanlah hal yang benar. Generasi bangsa sebelumnya telah membuktikan itu dalam upaya merebut kemerdekaan Negara Kesatuan Indonesia.
Langkah AHY yang sudah berani mendobrak itu, patut kita apresiasi dan menjadi inspirasi bagi seluruh generasi Muda. Hal itu menandakan bahwa cukup keberanian dari generasi muda untuk ikut serta dalam menentukan arah Bangsa, karena kitalah yang menerima amanah dan menjalankan kepemimpinan dalam segala sektor hari ini. Dan inilah saatnya.
Artikel ini dibuat oleh salah seorang mahasiswa yang mengidolakan AHY sebagai calon pemimpin bangsa dan negara