Kuliah? Gak Penting, Tapi Aku Butuh

Kuliah? Gak Penting, Tapi Aku Butuh

Laci Gagasan, Mahasiswa --- Dalam tulisan ini, hanya sebatas refleksi atas diri sendiri melihat problematika kampus. Ini berawal ketika masa registrasi dan KRS-an, semua mahasiswa pada ribut tak terkecuali mereka yang menyebut dirinya 'aktivis'. Permasalahannya selalu sama setiap semester, (Tidak bisa bayar SPP, karena masalah IPK) yang selalu disepelekan.

Memang bener bahwa nilai itu bukan menjadi tolak ukur kecerdasan seseorang, karena nilai itu bisa didapat dengan rajin masuk kelas saja. Cukup rajin ngisi absensi, kerjakan tugas, ikuti kata dosen, dll. sudah dipastikan akan medapat nilai bagus di akhir semester.

Mayoritas aktivis di UIN lebih senang kuliah di Blandongan daripada masuk kelas. Karena diakui atau tidak, aktivis tersebut lebih hebat dalam beretorika daripada mahasiswa pada umumnya sehingga menganggap masuk kelas dan dapat nilai bagus itu tidak penting. Memang tidak penting nilai bagus (A) itu, karena hanya formalitas belaka dan merupakan tuntutan orang tua saja.

Memang ia, bahwa di kelas itu menjenuhkan dan dialektika pengetahuan itu hampir tidak ada. So... Lebih baik ke Blandongan, karena disana banyak aktivis dengan retorika yang wooaahhh... Tansformasi nilai dan pengetahuan terjadi dan itu tidak ada di kelas.

Namun pada akhirnya aktivis semacam ini kebablasan juga. Di saat akhir semester, nilainya hancur(di bawah standar). Saat itulah semangat kuliah baru membara, intensitas ke kampus semakin sering. Bukan untuk kuliah tapi yeaahhh... Sibuk nyari dosen, pihak dekanat, dan pihak rektorat, serta bagian informasi kampus (PTIPD kalau di UIN).

Namun sampai di sini, mereka juga tidak sadar. Apologi aktivis ialah, "nah disinilah kita terapkan ilmu lobbying" (biasanya sih ngemis2 minta keringanan agar dapat kuliah lagi). Memang dunia aktivis itu asyik, penuh apologi...wkwkwkwkaka....

Saya sendiri sebagai Insan Pergerakan sangat malu ketika melihat status teman facebook yang mengatakan bahwa "saat registrasi aja ribut, tapi pas kuliah malah gak masuk kelas, aneh kok mereka ini". Kira-kira seperti itulah celetukan logis dari mahasiswa biasa yang selalu kita anggap inferior secara gagasan.

Jadi saya rasa sangat wajar ketika kita (insan pergerakan) tidak mendapat support mereka (non aktivis/pergerakan) ketika kita aksi dan malah ditanggapi sinis oleh mereka. Rajin kuliah bukan berarti menghambat kegiatan organisasi. Bukankah untuk menyandang gelar 'aktivis' itu, kita harus menjadi mahasiswa bukan sebaliknya.

Sampai kapan toh kita harus melanggengkan status quo ini? Bukankan insan pergerakan itu selalu inisiatif dan tidak mandek dalan menyikapi setiap persoalan. Lulus cepat atau lama bukan solusi bagiku, tapi sinkronnya dunia kampus dan aktivis. #salampergerakan!!!

Jangan marah yah sahabat, tersinggung boleh. Heheheheheh!!!!

Dimutakhirkan : 12 September 2022 

Laci Gagasan

Media informasi yang mengangkat isu-isu seputar mahasiswa dan artikel umum terkait ekonomi, bisnis, sosial, politik, sejarah dan budaya

Posting Komentar

komentar yang mengandung spam, tidak akan ditampilkan

Lebih baru Lebih lama